Tuesday, October 30, 2012

Karangan non ilmiah



     Sebelumnya saya telah membahas karangan ilmiah dan karangan semi ilmiah. Kali ini pun saya tetap membahas tentang suatu karangan yang lebih tepatnya karangan non ilmiah. Mari kita kaji lebih dalam tentang karangan non ilmiah.

    Karangan non-ilmiah atau karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).

1.      Penelitian non ilmiah

A.    Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Sebagian penelitian yang non ilmiah didapati pada bidang garapan sebagai berikut :

•   Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen Pemasaran
•   Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan / PR,Periklanan)
•   Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional)
•   Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman,
     Hama Tanaman)
•   Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.



B.     Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) :

         variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/ menggambar-kan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan/ menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.

Secara ringkas ciri-ciri karya tulis ilmu pengetahuan yang non-ilmiah adalah:

1.     Menyajikan fakta pribadi yang sifatnya subjektif. Karya tulis  ilmu pengetahuan yang non-ilmiah tidak mengemukakan aplikasi hukum alam yang berlaku pada situasi yang spesifik. Karya tulis  ilmu pengetahuan yang non-ilmiah itu memuat praduga, emosi, prasangka, perasaan, dan seterusnya. Kesemuanya adalah fakta pribadi, yang tidak dapat diperiksan kebenarannya.

2. Usulan-usulan berupa terkaan-terkaan dan mengharapkan efek seperti yang dikehendaki penulis.

3. Kadang-kadang kata-kata yang dimuat sukar dikenali, dan alasan-alasan yang dikemukakan mendorong atau mengajak pembaca untuk menarik kesimpulan seperti yang dikehendaki penulis.

4. Pandangan pandangan penulis tidak didukung oleh fakta umum, dan memancing pertanyaan-pertanyaan yang bernada keraguan.

5. Topiknya dapat bervariasi tetapi semua informasi diperoleh dari apa yang dipikirkan seseorang.

6. Karya tulis  ilmu pengetahuan yang non-ilmiah itu umumnya berisi usulan usulan yang argumentatif. Oleh karena karangan-karangan itu ditulis berdasar fakta pribadi, maka fakta itu tidak mungkin berbicara sendiri.

7. Karya tulis  yang non-ilmiah itu bersifat persuasif, berisi kayakinan-keyakinan penulis yang mendorong pembaca untuk mengubah pendapatnya melalui ajakan, padahal keyakinan itu sendiri tidak ilmiah.

8. Karena penulis karya tulis  non-ilmiah itu bermotif mementingkan diri sendiri, maka penulis sering melebih-lebihkan sesuatu. Semua karya tulis  ilmu pengetahuan itu ditulis berdasar fakta. Karya tulis  yang ditulis berdasar fakta umum adalah karya tulis  ilmu pengetahuan yang ilmiah, sedangkan yang ditulis berdasar fakta pribadi disebut karya tulis ilmu pengetahuan yang non-ilmiah.

Macam-macam karya non ilmiah :

1.      Dongeng

Merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya.

2.      Cerpen

     Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padadan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.

3.      Novel

         Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita.

4.      Drama

         Adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor.

5.      Roman

        Adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.

       Itu lah beberapa penjelasan mengenai karya non ilmiah, saya selaku penulis meminta maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan ini. Penulis berharap tulisan atau artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya

Referensi :

http://viallyhardi.wordpress.com/2011/02/22/karya-non-ilmiah/
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023808-pengertian-penelitian-ilmiah-dan-non/#ixzz2AlhAuRyP
http://ejournalonline.wordpress.com/2012/05/29/ciri-ciri-karya-tulis-ilmiah/



Terima kasih

Monday, October 29, 2012

Karangan Semi Ilmiah

       Pada tulisan saya sebelumnya, saya telah membahas tentang karangan ilmiah. Maka pada tulisan saya kali ini saya akan membahas tentang karangan semi ilmiah. Sebelum kita membahas lebih lanjut, pertama-tama mari kita bahas tentang pengertian karangan semi ilmiah.


Pengertian Karangan Semi Ilmiah

       Karangan semi ilmiah atau karya tulis semi ilmiah merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan dalam karya tulis ini. 
       Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa karya tulis semi ilmiah adalah karya tulis yang isinya menyajikan fakta dan fiksi tetapi di kemas dengan tidak formal. Selain itu, penulisannya tidak sistematis dan analitis seperti karya tulis ilmiah. Bisa juga dikatakan bahwa gaya dan struktur penulisan karya tulis semi ilmiah merupakan gabungan antara karya ilmiah dan non-ilmiah.


Ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu:

•    Ditulis berdasarkan fakta pribadi
•    Fakta yang disimpulkan subjektif
•    Gaya bahasa formal dan popular
•    Mementingkan diri penulis
•    Melebih-lebihkan sesuatu
•    Usulan-usulan bersifat argumentative, dan
•    Bersifat persuasive


Macam-Macam Karya Tulis Semi Ilmiah

•    Artikel, adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan (melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.

•    Editorial atau tajuk rencana adalah opini yang berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan actual, fenomenal, atau controversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.
•    Opini,adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan dan kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat langsung ditentukan misalnya menurut pembuktian melalui induksi. (Lihat: simbol logis pada Induksi matematika).Opini bukanlah merupakan sebuah fakta akan tetapi jika dikemudian hari dapat dibuktikan atau diverifikasi maka opini akan berubah menjadi sebuah kenyataan atau fakta.

•    Feuture, adalah tulisan hasil reportase (peliputan) mengenai suatu objek atau peristiwa yang bersifat memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan, serta menggugah simpati atau empati pembaca

•    Reportase, adalah laporan lengkap ataupun interpretatif (telah disajikan sebagaimana dianggap penting oleh redaksi pemberitaan) ataupun berupa pemberitaan penyelidikan (investigatif reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta lengkap dengan latar belakang, trend/ kecenderungan, yang mungkin terjadi pada masa mendatang..


       Begitulah penjelasan tentang karya tulis semi ilmiah. Semoga tulisan saya bermanfaat bagi Anda. Terima kasih.  


Sumber:
http://restyucul.blogspot.com/2012/03/karya-tulis-ilmiah-semi-ilmiah-dan-non.html
http://iiam.blogdetik.com/2012/10/19/perbedaan-bahasa-indonesia-dalam-segi-tataran-ilmiah-semi-ilmiah-dan-non-ilmiah/
http://vanitayosi.blogspot.com/2011/10/wacana-pemanfaatan-bahasa-indonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Artikel
http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com
http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/28/feature/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemberitaan

Tuesday, October 23, 2012

Karangan Ilmiah (Pengertian, Ciri-Ciri, dan Macam-Macam)

    Pada postingan saya kali ini, saya akan menjelaskan tentang Karangan Ilmiah baik itu pengertiannya, ciri-cirinya, dan macam-macamnya. Selain untuk memenuhi tugas softskill Bahasa Indonesia, ulasan saya ini juga diharapkan bisa menjadi ajang berbagi dan bisa membantu para pembaca. Sebagai seorang pelajar, mahasiswa, atau akademisi kita pasti pernah mendengar atau bahkan bisa dibilang familiar dengan “Karangan Ilmiah” atau “Karya Ilmiah”. Tapi sebenarnya apa sih karya tulis ilmiah? Secara sederhana karangan ilmiah dapat diartikan sebagai sebuah karya tulis yang mempunyai dasar keilmuan, hasil penelitian, atau pengamatan. Nah sekarang saya akan mulai membahas tentang karangan ilmiah yang saya kutif dari beberapa buku dan website wikepedia Indonesia.

Pengertian Karangan Ilmiah
        Ada beberapa definisi tentang karya atau karangan ilmiah. Salah satu diantaranya adalah yang dikemukan oleh Brotowidjoyo (195:8-9), “Karya Ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodelogi penulisan yang baik dan benar”. Sementara menurut Eko Susilo, M. (1995:11), karangan ilmiah adalah suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmuannya.
      Sementara itu, menurut Wikipedia bahasa Indonesia, karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
        Nah begitulah kurang lebih sedikit uraian tentang pengertian karangan ilmiah. Selanjutnya saya akan menguraikan ciri-ciri karangan ilmiah.


Ciri-Ciri Karangan Ilmiah:
a.    Menyajikan fakta objektif secara sistematis
b.    Pernyataan cermat, tepat, tulus, dan benar, serta tidak memuat terkaan
c.    Penulisnya tidak mengejar kuntungan pribadi
d.    Penyusunannya dilaksanakan secara sistematis, konseptual dan procedural
e.    Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta
f.    Tidak emotif menonjolkan perasaan
g.    Tidak bersifat argumentatif, tetapi kesimpulannya terbentuk atas dasar fakta

     Setelah membahas pengertian serta cirri-ciri karangan ilmiah, dibawah ini saya akan menyebutkan dan menjelaskan macam-macam karangan ilmiah.


Macam-Macam Karangan Ilmiah:
1.    Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berfikir deduktif atau induktif. Makalah disusun biasanya untuk memenuhi tugas-tugas ujian mata kuliah tertentu atau untuk memberikan saran pemecahan tentang suatu masalah secara ilmiah. Makalah menggunakan bahasa yang lugas dan tegas. Jika dilihat dari bentuknya, makalah adalah bentuk karangan ilmiah yang paling sederhana.
2.    Kertas kerja, seperti haknya makalah, kertas kerja juga merupakan karangan ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris dan objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam di bandingkan analisis dalam makalah. Kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam suatu seminar atau lokakarya. Jadi, tujuan utanmanya adalah untuk dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah.
3.    Skripsi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan). Biasanya skripsi ditulis untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana.
4.    Tesis, adalah karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. Tesis akan mengungkapkan pengetahuan bari yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya tulis ini akan memperbincangkan pengujian terhadap satu hipotesis atau lebih. Dengan kata lain, tesis adalah karya tulis yang membahas suatu pernyataan atau teori yang didukung oleh sejumlah argument yang dapat dipertanggungjawabkan. Tesis biasanya ditulis untuk melengkapi ujian sarjana strata dua (magister).
5.    Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji suatu pendidikan tinggi. Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Intinya disertasi adalah karya ilmiah yang mengemukakan satu atau beberapa dalil disertai pembuktian berdasarkan data dan fakta yang diamatinya. Disertasi merupakan karya ilmiah untuk memperoleh gelar doktor. 

Nah.. begitulah sedikit ulasan saya tentang karangan ilmiah. Sebenarnya banyak sekali yang bisa dibahas dalam karangan ilmiah, seperti tujuan, sistematika, cara penulisan, dan lain sebagainya. Tetapi karena keterbatasan sumber dan waktu maka ulasan tentang karangan ilmiah ini saya cukupkan disini. Terima kasih, semoga bermanfaat :)


Daftar Pustaka:
A.G, Haryanto, dkk. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah: Buku Ajar untuk Mahasiswa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Arifin, E. Zaenal. 1998. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Grasindo.
http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah (diakses tanggal 21 Oktober 2012)

Tuesday, October 16, 2012

Penalaran Deduktif

   Dalam tulisan sebelumnya saya telah membahas tentang penalaran induktif, generalisasi dan analogi induktif. sekarang, dalam tulisan ini saya akan membahas tentang penalaran deduktif, generalisasi dan analogi deduktif. Seperti yang pernah saya jelaskan sebelumnya dalam tulisan saya, penalaran merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran terdiri dari penalaran induktif dan penalaran deduktif, jika sebelumnya penalaran induktif pernah saya jelaskan maka kali ini saya akan menjelaskan penalaran deduktif.

Penalaran Deduktif
    Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, teori atau putusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal atau pun gejala. Berdasarkan atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian dari hal atau gejala di atas. Dengan kata lain, penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.


Diagram diatas adalah diagram Euler.
Gambar I,     menunjukkan bahwa S identik dengan P
        S = P; contoh : Semua manusia adalah makhluk hidup.
Gambar II,    S tidak berhubungan dengan P
        Tidak ada S yang P; contoh: Tidak ada cacing yang bernafas dengan paru-paru.
Gambar III,    S adalah sebagian dari P
        Semua S adalah P. contoh: Semua kerbau adalah binatang.
Gambar IV,    Sebagian S adalah P. Beberapa S = P
        Contoh: Beberapa manusia jenius.
    Jika kita mengetahui sifat umum S, sedangkan P adalah bagian dari S, maka kita menarik kesimpulan tentang P. Kalau kita tahu bahwa semua mahasiswa harus membayar SPP dan Obet adalah manusia, maka Obet pun harus membayar SPP.
    Pada contoh diatas pengetahuan tentang kewajiban mahasiswa merupakan dasar untuk menarik kesimpulan tentang kewajiban seorang mahasiswa. Dasar penarikan kesimpulan itu di dalam penalaran disebut premis. Di dalam penalaran deduktif, berdasarkan atas premis itu ditarik kesimpulan yang sifatnya lebih khusus. Dengan demikian, sebenarnya, penarikan kesimpulan secara deduktif itu secara tersirat sudah tercantum di dalam premisnya. Sifat itu membedakan penalaran deduktif dari penalaran induktif, yang kesimpulannya tidak tercantum di dalam premisnya. Dari sifat diatas, dapat dipahami di dalam penalaran deduktif suatu kesimpulan akan benar atau sah jika premisnya benar dan cara penarikan kesimpulan sah. Di dalam penalaran induktif, kita tidak dapat menentukan kebenaran atau kesahan kesimpulan dengan cara demikian.
    Menurut bentuknya, penalaran deduktif terdiri dari silogisme dan entimen. Tapi, sebelum kita masuk kesana, kita harus mengetahui dua istilah di dalamnya yaitu premis dan proposisi. Premis adalah pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Sedangkan proposisi adalah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Berikut ini akan saya jelaskan tentang silogisme dan entimen.

1.    Silogisme
Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan atau dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Ia dihukum karena melanggar peraturan “X”, sebenarnya dapat dikembalikan ke dalam bentuk formal berikut:
Contoh:
a.    Barang siapa yang melanggar peraturan “X” harus dihukum. (premis mayor, My)
b.    Ia melanggar peraturan “X”. (premis minor, Mn)
c.    Ia harus dihukum. (simpulan, K)

2.    Entimen
Sebelumnya telah disinggung bahwa silogisme jarang sekali dikemukakan di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam tulisan pun, bentuk itu hampir tidak pernah digunakan.
    Bentuk yang biasa ditemukan dan dipakai ialah bentuk entimen. Entimen ini pada dasarnya adalah silogisme. Tetapi, di dalam entimen salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh:
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua:
a.    Menipu adalah dosa
b.    Karena (menipu) marugikan orang lain
Kalimat a merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b adalah premis minor (karena bersifat khusus). Maka silogisme dapat disusun:
My :
Mn : menipu merugikan orang lain
K : menipu adalah dosa
Dalam kalimat diatas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk melngkapinya kita harus ingat bahwa premis mayor selalu bersifat lebih umum, jadi tidak mungkin subjeknya “menipu”. Kita dapat menalar kembali dan menemukan premis mayornya: Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.
    Untuk mengubah entimen menjadi silogisme, mula-mula kita cari dulu kesimpulannya. Kata-kata yang menandakan kesimpulan ialah kata-kata seperti jadi, maka, karena itu, dengan demikian, dan sebagainya. Kalau sudah, kita temukan apa premis yang dihilangkan.
Contoh lain:
Pada malam hari tidak ada matahari, jadi tidak mungkin terjadi proses fotosontesis. Bagaimana bentuk silogismenya?
    My : Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
    Mn : Pada malam hari tidak ada matahari
    K : Pada malam hari tidak mungkin ada fotosintesis
Sebaiknya, kita juga dapat mengubah silogisme ke dalam entimen, yaitu dengan menghilangkan salah satu premisnya.
    My : Anak-anak yang berumur di atas sebelas tahun telah mampu berfikir formal
    Mn : Siswa kelas VI di Indonesia telah berumur lebih dari sebelas tahun
    K : Siswa kelas VI di Indonesia telah mampu berfikir formal
    Kalau dihilangkan premis mayornya entimennya akan berbunyi “Siswa kelas VI di Indonesia telah berumur lebih dari sebelas tahun, jadi mereka mampu berfikir formal”. Atau dapat juga “Anak-anak kelas VI di Indonesia telah mampu berfikir formal karena mereka telah berumur lebih dari sebelas tahun”. Kalau dihilangkan premis minornya menjadi “Anak-anak yang berumur di atas sebelas tahun telah mampu berfikir formal, karena itu, siswa kelas VI telah mampu berfikir formal”.

 
Sumber : Akhaadiah, Subarti, dkk. Pembinaan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1990.

Monday, October 8, 2012

PENALARAN INDUKTIF, GENERALISASI, DAN ANALOGI

    Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan kata penalaran. Sebagai manusia yang mempunyai akal pikiran proses bernalar merupakan hal biasa kita lakukan sehari-hari baik untuk berkomunikasi atau mengartikan sebuah informasi. Tapi sebenarnya apakah makna dari penalaran itu sendiri? karna luasnya pembahasan tentang penalaran maka dari itu saya hanya akan membahas tentang penalaran induktif berupa generalisasi dan analogi.

   Penalaran merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, saya hanya akan membahas adalah penalaran induktif.
PENALARAN INDUKTIF

    Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi. Penalaran undiktif merupakan generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat.

Contoh penalaran induktif:

   Suatu lembaga kanker di Amerika melakukan studi tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan kematian. Antara tanggal 1 Januari dan 31 Mei 1952 terdaftar 187.783 laki-laki yang berumur antara 50 sampai 69 tahun. Kepada mereka dikemukakan pertanyaa-pertanyaan tentang kebiasaan merokok mereka pada masa lalu dan masa sekarang. Selanjutnyakeadaan mereka diikuti terus menerus selama 44 bulan. Berdasarkan surat kematian dan keterangan medis tentang penyebab kematiaannya, diperoleh data bahwa diantara 11.870 kematian yang dilaporkan 2.249 disebabkan kanker.
  
   Dari seluruh jumlah kematian yang terjadi (baik pada yang merokok maupun tidak) ternyata angka kematian di kalangan penghisap rokok tetap jauh tinggi dari pada yang tidak pernah merokok, sedangkan jumlah kematian penghisap pipa dan cerutu tidak banyak berbeda dengan jumlah kematian yang tidak pernah merokok.
 
  Selanjutnya, dari data yang terkumpul itu terlihat adanya korelasi positif antara angka kematian dan jumlah rokok yang dihisap setiap hari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
    Dari bukti-bukti yang terkumpul dapatlah dikemukakan bahwa asap tembakau memberikan pengaruh yang buruk dan memperpendek umur manusia. Cara yang paling sederhana untuk menghindari kemungkinan itu ialah dengan tidak merokok sama sekali.
(disaring dari tulisan Roger W. Holmes dalam Mc Crimmon)

    Paparan di atas menggambarkan proses penalaran induktif. Proses itu dilakukan langkah demi langkah sampai pada kesimpulan.

GENERALISASI

    Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagaian dari gejala serupa. Dari sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu. Proses penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan cara itu disebut dengan generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian gejala yang diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai penjelasan lebih lanjut.

Contoh:

•    Dicky adalah seorang polisi, dia berambut cepak.
•    Alfa adalah seorang polisi, dia berambut cepak.
Generalisasi: semua polisi berambut cepak

    Generalisasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, generalisasi tanpa loncatan induktif dan generalisasi dengan loncatan induktif.
   
1.    Generalisasi tanpa loncatan induktif:
Generalisasi tanpa loncatan induktif adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
2.    Generalisasi Dengan Loncatan Induktif
Generalisasi Dengan Loncatan Induktif adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.

ANALOGI INDUKTIF

    Pada dasarnya analogi adalah perbandingan. Perbandingan selalu mengenai sekurang-kurangnya dua hal yang berlainan. Dari kedua hal yang berlainan itu dicari kesamaannya (bukan perbedaanya). Dari pengungkapannya, ada analogi sederhana serta mudah dipahami dan ada yang merupakan kias yang lebih sulit dipahami. Dari isinya, analogi dapat dibedakan sebagai analogi dekoratif dan analogi induktif.
 
  Analogi induktif merupakan analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.. Di dalam proses analogi induktif kita menarik kesimpulan tentang fakta yang baru berdasarkan persamaan ciri dengan sesuatu yang sudah dikenal. Kebenaran yang berlaku yang satu (lama) berlaku pula dengan yang lain (baru). Yang sangat penting dengan proses analogi induktf ialah bahwa persamaan yang digunakan sebagai dasar kesimpulan merupakan ciri utama (esensial) yang berhubungan erat dengan kesimpulan.

Contoh analogi induktif :

   Secara tidak sengaja Amara mengetahui bahwa pensil Stedler 4B nya menghasilkan gambar vignette yang memuaskan hatinya. Pensil itu sangat lunak dan menghasilkan garis-garis hitam dan tebal. Maka selama bertahun-tahun ia selalu memakai pensil itu untuk membuat vignet. Tetapi, ketika ia belibur di rumah nenek di sebuah kota kecamatan ia kehabisan pensil. Ia mencari di toko-toko di sepanjang satu-satunya jalan raya di kota itu. Dimana-mana tidak ada. Akhirnya dari pada tidak mencoret-coret ia memilih merk lain yang sama lunaknya dengan Stedler 4B. “Ini tentu akan menghasilkan vignet yang bagus juga”, putusnya meghibur diri.

   Paragraph diatas merupakan contoh dari analogi indukitif. Keputusan Amara merupakan kesimpulan berdasarkan persamaan sifat kedua merk pensil itu.


Sumber : Akhaadiah, Subarti, dkk. Pembinaan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1990.